Akibat gizi yang tidak seimbang, bisa berpengaruh pada perkembangan atau pertumbuhan balita, juga ketahanan tubuh pada balita pun juga akan berpengaruh, masalah ini kadang kurang di perhatikan oleh orang tua terhadap buah hatinya yang masih memerlukan asupan cukup gizi tentunya, berikut pembahasan apabila kekurangan gizi pada balita yang perlu di antisipasi.
Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein:
a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu.
d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu .Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting.Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya.Jika kekurangan ini bersifat menahun ( kronik), artinyasedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yangsehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerap kanmakan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam diantara makan pokoknya.Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, pizza, dan lain-lain.