|
Masalah pemberian asi |
Masalah dalam pemberian ASI
Masalah dalam pemberian ASI
1) Masalah pada ibu
Masalah – masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui diberi penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal – hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui.
a) Kurang Informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui hal – hal berikut :
(1) Bayi pada minggu – minggu pertama defeksinya encer dan sering sehingga dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan meminta untuk menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksan (zat pencahar).
(2) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
(3) Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara, sedangkan kelenjar penghasil ASI sama bayaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.
(4) Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Fisiologi laktasi.
b. Keuntungan pemberian ASI.
c. Keuntungan rawat gabung.
d. Cara menyusui yang baik dan benar.
e. Kerugian memberikan susu formula.
f. Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan
b) Puting susu datar atau terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berguna, misalnya dengan manipulasi Hofman, menarik – narik puting, ataupun penggunaan breast shield dan breast shell. Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa – apa, tunggu saja sampai bayi lahir. Segera setelah pasca – lahir lakukan tindakan – tindakan sebagai berikut :
(1) Skin – to – skin kontak dan biarkan bayi menghisap sedini mungkin.
(2) Biarkan bayi “mencari” puting kemudian mengisapnya. Bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapatkan keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang puting agar dapat keluar sebelum bayi mengambilnya.
(3) Apabila puting benar – benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.
(4) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukan puting susu kedalam mulut bayi.
(5) Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi, bila perlu lakukan ini hingga 1 – 2 minggu.
c) Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah – celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
(1) Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut :
(a) Teknik menyusui yang tidak benar.
(b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu.
(c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
(d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
(e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
(2) Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah sebagai berikut :
(a) Cari penyebab puting susu lecet.
(b) Selam puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada puting yang normal atau lecetnya sedikit.
(c) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara.
(d) Menyusui lebih sering (8 – 12 kali dalam 24 jam).
(e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.
(f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun.
(g) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara.
(h) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering.
(i) Penggunaan bra yang menyangga.
(j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
(k) Jika penyebabnya moniliasis, diberi pengobatan dengan tablet nistatin.
d) Puting melesak (masuk ke dalam)
Jika puting susu melesak diketahui sejak masa kehamilan, hendaknya puting susu ditarik – tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi 2 – 3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot).
e) Payudara bengkak
Gejala, bedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh terasa berat pada payudara, panas, dan keras, bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak, payudara edema, sakit, puting kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar, Badan bisa demam setelah 24 jam.
Penyebab, payudara bangkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Hali ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebakan sumbatan duktus.
(1) Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah payudara bengkak adalah sebagai berikut :
(a) Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
(b) Menyusui bayi tanpa jadwal (non jadwal dan on demand).
(c) Keluarkan ASI dengan tangan / pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
(d) Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
(e) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (massage dan sebagainya).
(2) Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak adalah sebagai berikut :
(a) Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap bersih.
(b) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek sehingga lebih mudah memasukannya ke dalam mulut bayi.
(c) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir / sendok.
(d) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
(e) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
(f) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam atau pengurang sakit.
(g) Lakukanlah pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu mempelancar pengeluaran ASI.
(h) Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
(i) Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
(j) Jika ibu sedang menyusui terserang penyakit seperti misalnya pilek, usahakan tetap memberikan ASI dengan menutup mulut dan hidung dengan masker (sunarsih, 2011).
f) Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan ketika terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Penyebabnya meliputi tekanan jari ibu pada waktu menyusui, pemakaian bra/BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan.
Gejala gangguan ini lebih terlihat pada ibu yang kurus yang terlihat benjolan yang jelas dan lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa bengkak yang terlokalisasi.
(1) Penatalaksanaan :
(a) Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat untuk menghindari terjadinya radang pada payudara (mastitis).
(b) Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak dapat dilakukan masase dan kompres panas dan dingin secara bergantian.
(c) Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI secara manual atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui.
(d) Ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
(2) Pencegahan :
(a) Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari terjadinya statis aliran ASI.
(b) Posisi menyusui yang di ubah – ubah.
(c) Menggunakan bra/ BH yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika terlalu menekan payudara (Bahiyatun, 2009).
g) Sindrom ASI kurang
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan stelah menyusui, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang. Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
Cara mengatasi masalah tersebut, sebaiknya disesuaikan dengan penyebabnya. Hal yang dapat menyebabkan sindrom kekurangan ASI antara lain :
(1) Faktor teknik menyusui, antara lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot atau botol, tidak mengosongkan payudara.
(2) Faktor psikologis, ibu kurang percaya diri, stress.
(3) Faktor fisik, antara lain penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok, kurang gizi.
(4) Faktor bayi, antara lain penyakit, abnormalitas, kelainan kongenital.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan bayi sehingga produksi ASI dapat meningkat dan bayi dapat memberikan isapan secara efektif (Marmi, 2012).
h) Ibu sakit
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang lain untuk mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan istirahat yang cukup. Periksalah ke tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI maupun bayi (Marmi, 2012).
i) Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
(1) Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
(2) Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
(3) Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
(4) Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.
(5) Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
(6) Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.
(7) ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
(8) Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam (IDAI, 2008).
j) Mastitis dan Abses
Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.
Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit.
Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit (IDAI, 2008).
2) Masalah pada bayi
a) Bayi bingung puting
Bingung puting terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti – ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot – otot pipi, gusi, langit – langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang, dan ketebalan karet dot.
(1) Tanda bayi bingung puting antara lain :
(a) Bayi menolak menyusu dari ibu
(b) Isapan bayi terputus – putus dan sebentar – bentar
(c) Bayi megisap puting seperti mengisap dot
(2) Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain :
(a) Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir
(b) Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat
b) Bayi enggan menyusu
Ada kala bayi enggan menyusu, bahkan muntah, diare, mengantuk, kuning, kejang. Kondisi seperti ini sebaiknya dirujuk ke dokter ahli.
(1) Kemungkinan lain bayi enggan menyusu :
(a) Hidung tertutup lendir atau ingus, karena selesma sehingga sulit bernafas.
(b) Bayi mengalami stomatitis, moniliasis sehingga nyeri untuk menghisap.
(c) Terlambat mulainya menyusu ketika berada di rumah sakit, karena tidak rawat gabung.
(d) Ditinggal ibu cukup lama, karena ibunya sakit atau bekerja.
(e) Bayi yang diberikan dot bergatian dengan menyusu.
(f) Teknik menyusu salah.
(g) ASI kurang lancer atau sebaliknya terlalu keras memancar.
(h) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
(2) Tata laksana atau cara mengatasinya
(a) Bila selesma diajarkan cara membersihkan lubang hidung.
(b) Bila mulut bayi sakit karena moniliasis atau stomatitis diberi pengobatan.
(c) Ibu diberikan kesempatan untuk merawat bayinya sendiri, sehingga lebih hangat dan dekat secara psikologis dan mengenal sifat bayinya.
(d) Teknik menyusu yang benar.
(e) Tidak memberikan makanan tambahan terlalu dini.
(f) Bila ASI memancar karena terlalu keras, keluarkan ASI sedikit sebulum menyusui, kemudian bayi disusui dengan cara posisi tegak atau berdiri.
c) Bayi sering menangis
Bayi menangis pastilah ada sebabnya, karena bayi menangis berarti berkomunikasi. Oleh karena itu bila bayi sering menangis harus dikalukan pemeriksaan yang teliti dengan cermat dan dapat dilakukan penanganan yang tepat. Bayi menangis bisa karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok atau pakaian basah,kotor, atau bahkan sakit.
d) Bayi berat lahir rendah
(1) Umumnya bayi BBLR diikuti dengan tanda – tanda dan gejala, seperti :
(a) Refleks menghisap dan menelan lemah bahkan kadang – kadang tidak ada.
(b) Bayi cepat lelah.
(c) Ketika menyusui sering tersedak dan juga malas menghisap.
(2) Faktor penting guna menangani masalah cara menyusui pada BBLR, adalah :
(a) Pemberian dorongan dan semangat agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
(b) Ketika menyusui bayinya harus selalu dalam kondisi yang hangat.
(c) ASI diberikan ketika menyusui itu dengan metode sering.
(d) Pemeliharaan payudara secara teratur dan sistematis.
(e) Ketika menyusui kepala bayi ditahan agar supaya tetap menempel pada payudara.
(f) Ketika menyusui menahan dibawah dagu, karena hal seperti ini akan merangsang bayi untuk menghisap.
(g) Dilakukan pengurutan payudara sebelum menyusui agar supaya ASI mengalir terlebih dahulu sebelum bayi menyusui.
(h) Bila diperlukan bayi dibantu dengan alat bantu lactaid untuk belajar mengisap dan menelan (Suherni, 2009).
e) Bayi kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara barsamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI perah dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi anda.
f) Bayi sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit – langit lunak) dan pallatum durum (langit – langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara :
(1) Posisi bayi duduk.
(2) Saat menyusui, putting dan areola di pegang.
(3) Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
(4) ASI perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (Marmi, 2012).
g) Bayi kuning
Segera menyusui setelah lahir dan jangan dibatasi atau susui sesering mungkin. Berikan bayi kolostrum, kolostrum mengandung purgative ringan, yang membantu bayi untuk mengeluarkan meconium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi kolostrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning (sunarsih, 2011).